Gunung Merbabu berasal dari suku kata "meru" yang artinya gunung dan
"babu" yang artinya wanita. Gunung Merbabu ini dikenal dengan
gunung tidur walaupun sebenarnya mempunyai 5 buah kawah: kawah
Condrodimuko, kawah Kombang, Kendang, Rebab, dankawah Sambernyowo.
Gunung ini dapat di tempuh dengan berbagai jalur pendakian yaitu Thekelan, Cunthel, Wekas dan Selo. Dan pada saat saya kesana perjalanan mendaki melalui jalur Wekas dan turun melalui jalur Selo.
Gunung ini dapat di tempuh dengan berbagai jalur pendakian yaitu Thekelan, Cunthel, Wekas dan Selo. Dan pada saat saya kesana perjalanan mendaki melalui jalur Wekas dan turun melalui jalur Selo.
Bagaimana Perjalanan Mendaki Gunung Merbabu?
Awal
perjalanan mendaki Gunung Merbabu
,
rombongan pada saat itu berangkat dari Purwokerto dengan menyewa
kendaraan bus kecil dan langsung diantar ke pos pendakian Wekas. Untuk
menuju ke tiga posko pendakian Thekelan, Cunthel, dan Wekas jika para
pendaki berasal dari Jawa Barat atau Jawa Timur bisa menggunakan
transportasi darat kereta api, dari jawa barat naik kereta api Tawang
Jaya dari stasiun Senen Jakarta menuju stasiun Poncol Semarang.
Jawa Timur naik kereta api dari stasiun pasar turi menuju Poncol Semarang. Sampai di stasiun poncol, kita naik bus kota menuju terminal Terboyo, diteruskan menggunakan bus jurusan Solo-Semarang turun di terminal boyolali, naik bus kecil ke arah selo Sepanjang perjalanan naik bus kecil arah selo kita bisa bilang ke kernet bus untuk turun di jalur pendakian gunung Merbabu Jalur selo.
Jawa Timur naik kereta api dari stasiun pasar turi menuju Poncol Semarang. Sampai di stasiun poncol, kita naik bus kota menuju terminal Terboyo, diteruskan menggunakan bus jurusan Solo-Semarang turun di terminal boyolali, naik bus kecil ke arah selo Sepanjang perjalanan naik bus kecil arah selo kita bisa bilang ke kernet bus untuk turun di jalur pendakian gunung Merbabu Jalur selo.
Pendakian Melalui Jalur Wekas
Jalur Wekas adalah desa terakhir menuju puncak Gunung Merbabu dengan
kisaran waktu pendakian kira-kira 6-7 jam. Pendakian Melalui Jalur Wekas merupakan jalur pendek
sehingga jarang terdapat jalur yang datar tetapi medan pendakian yang
menanjat.
Jalur lintasan pos I agak lebar, pada saat mulai perjalanan melewati perkampungan dengan jalur rabat beton dan langsung menanjak seterusnya akan diteruskan dengan medan bebatuan yang mendasarinya. Sepanjang perjalanan kita akan menemui ladang penduduk khas dataran tinggi yang ditanami Bawang, Kubis, Wortel, dan Tembakau.
Rute perjalanan mendaki menuju pos I cukup menanjak dan menguras tenaga pada awal perjalanan dengan waktu tempuh 2 jam. Pos I termasuk sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat peristirahatan. Di sekitar area ini masih banyak terdapat warung dan rumah penduduk. Selepas pos I, perjalanan masih melewati ladang penduduk, kemudian akan masuk hutan pinus.
Waktu tempuh menuju ke pos II sekitar 2 jam, dengan jalur yang akan terus menanjak dan curam. Pos II merupakan sebuah tempat yang terbuka dan datar, yang biasa didirikan hingga beberapa puluhan tenda. Pada area ini terdapat sumber air yang di salurkan melalui pipa-pipa besar yang ditampung pada sebuah bak. Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang dijadikan sumber air bagi masyarakat sekitar Wekas hingga desa-desa di sekitarnya.
Jalur ini mengikuti aliran pipa air menyusuri tepian jurang yang mengarah ke aliran sungai dibawah kawah. Terdapat dua buah aliran sungai yang sangat curam yang membentuk air terjun yang bertingkat-tingkat, sehingga menjadi suatu pemandangan yang sangat luar biasa dengan latar belakang kumpulan puncak - puncak Gunung Merbabu.
Jalur lintasan pos I agak lebar, pada saat mulai perjalanan melewati perkampungan dengan jalur rabat beton dan langsung menanjak seterusnya akan diteruskan dengan medan bebatuan yang mendasarinya. Sepanjang perjalanan kita akan menemui ladang penduduk khas dataran tinggi yang ditanami Bawang, Kubis, Wortel, dan Tembakau.
Rute perjalanan mendaki menuju pos I cukup menanjak dan menguras tenaga pada awal perjalanan dengan waktu tempuh 2 jam. Pos I termasuk sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat peristirahatan. Di sekitar area ini masih banyak terdapat warung dan rumah penduduk. Selepas pos I, perjalanan masih melewati ladang penduduk, kemudian akan masuk hutan pinus.
Waktu tempuh menuju ke pos II sekitar 2 jam, dengan jalur yang akan terus menanjak dan curam. Pos II merupakan sebuah tempat yang terbuka dan datar, yang biasa didirikan hingga beberapa puluhan tenda. Pada area ini terdapat sumber air yang di salurkan melalui pipa-pipa besar yang ditampung pada sebuah bak. Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang dijadikan sumber air bagi masyarakat sekitar Wekas hingga desa-desa di sekitarnya.
Jalur ini mengikuti aliran pipa air menyusuri tepian jurang yang mengarah ke aliran sungai dibawah kawah. Terdapat dua buah aliran sungai yang sangat curam yang membentuk air terjun yang bertingkat-tingkat, sehingga menjadi suatu pemandangan yang sangat luar biasa dengan latar belakang kumpulan puncak - puncak Gunung Merbabu.
Camping Ground
Selepas pos II jalur mulai terbuka hingga bertemu dengan persimpangan jalur Kopeng yang berada di atas pos V (Watu Tulis), jalur Kopeng. Dari persimpangan ini menuju pos Helipad hanya memerlukan waktu tempuh 15 menit. Suasana dan pemandangan di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar biasa.
Di sebelah kanan terbentang Gn. Kukusan yang di puncaknya berwarna putih seperti muntahan belerang yang telah mengering. Di depan mata terbentang kawah yang berwarna keputihan. Dan rombongan kami membuat camp disekitar persimpangan itu atau dibekas kawah, karena agak tercium bau belerang dan bagian tanah berwarna putih.
Di sebelah kanan di dekat kawah terdapat sebuah mata air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum dan air belerang. Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang disisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan.
Jembatan Setan
Perjalanan menuju puncak kenteng songo hanyalah sebuah perjalanan menyusuri puncak merbabu, pemandangan di sisi barat dan timur sudah sangat terbuka lebar dipenuhi pemandangan sabana yang indah, di malam hari bisa disaksikan indahnya jalan tol semarang solo yang menggaris orange di sebelah timur.
Disini terdapat sebuah persimpangan yang mengecoh pula, yaitu terdapat 2 pilihan naik ke suatu puncak bukit atau belok kanan menyisir lereng. Apabila memilih naik itu adalah jalan buntu menuju puncak geger sapi. Apabila memilih belok kiri menyisir lereng itu adalah jalan menuju puncak kenteng songo.
Sebelum memasuki puncak kenteng songo akan disuguhkan sebuah
tantangan memanjat tebing, atau yang disebut ondorante. Tebing
tinggi ini cukup menguras tenaga di perjuangan akhir. Namun setelah
melewati itu maka sampailah kita di puncak tertinggi gunung
merbabu. Keistimewaan jalur ini dibandingkan jalur Selo adalah
sensasi ketika di puncak merbabu. Kita akan dikagetkan dengan view
merapi yang gagah ketika menapaki puncak kenteng songo. Namun
berbeda hal dari jaur selo yang sudah sejak mendaki dari bawah
pemandangannya gunung merapi.
Tebing Ondorante
Di persimpangan daerah puncak, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Prengodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang. Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sindoro yang kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki.
Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang memanjang. Akhirnya setelah melewati tebing ondorante sekitar 10 menit perjalanan sampai juga di puncak kenteng songo yang bersebelahan dengan puncak trianggulasi. Di puncak kenteng songo siang sekitar pukul 12.
Puncak Kenteng Songo
Setelah berhasil di puncak Kenteng Songo, dengan istrahat
sebentar, kami langsung turun melalui jalur Selo. Cuaca pada
saat itu sedang sangat cerah, sabana yang luas terlihat hijau,
ditambah dengan bunga edelweis yang banyak bermekaran.
Pemandangan yang luar biasa. Subhanalloh
Jangan lupa 3 hal berikut ini tentang kode etik jika kita
berada di alam bebas :
- Take nothing but picture (jangan mengambil apapun kecuali gambar).
- Leave nothing but foot print (jangan meninggalkan apapun kecuali tapak kaki atau jejak).
- Kill nothing but time (jangan membunuh apapun kecuali waktu).
Terimakasih buat allah SWT yang selalu melindungi disetiap
perjalanan, ayah dan ibu yang selalu mendoakan. Pada sebelumnya
cerita tentang pendakian
Gunung Slamet
dan
Gunung Prau
, semoga bisa menambah manfaat dan informatif bagi semuanya.
Tunggu lagi cerita selanjutnya ya guys... ;)