Gua Petruk Dan Tebing Putih
Gua Petruk Dan Tebing Putih
iniTerletak 7 Km selatan Goa Jatijajar. Petruk diturunkan dari nama
pengikut setia Pandawa dalam cerita pewayangan. Goa ini sangat
mempesona. Tetesan air kapur terdengar bagaikan kebisingan yang
tiada henti. Banyak stalaktit yang menyerupai bentuk kehidupan di
dunia, seperti halnya stalaktit seperti anjing duduk ini. Stalaktit
ini sangat memukau pengunjung karena menyerupai tokoh Semar dalam
cerita pewayangan. Gorden raksasa akan mengingatkan betapa Maha
Kuasanya Tuhan YME dan segala ciptaannya di bumi dan di langit.
Boneka-boneka mungil terdapat di dalam Goa Petruk di antara aliran air
dalam gua yang sejuk. Stalaktit ini sangat mirip dengan payudara yang
tidak terdapat di tempat lain. Tangan anda dapat menyentuhnya karena
dinding goa yang tidak terlalu tinggi.
Saya
sendiri hampir tiap tahun ada kegiatan di sini yaitu acara pemantapan
Pecinta Alam SMA N 2 Purbalingga ( Smudapala ) yang
tempatnya di
Gua Petruk Dan Tebing Putih
Gua Petruk merupakan salah Obyek wisata di Kabupaten Kebumen. Obwis
(obyek dan Pantai Logending, dimana lokasinya berada di dukuh
Mandayana Desa Candirenggo Kecamatan Ayah, kabupaten Kebumen, atau
sekitar 4,5 km dari Jatijajar menuju ke arah selatan.
Mendengar nama Petruk, orang tentu akan teringat nama Ponokawan
anak Ki Semar yang berbadan tinggi, namun hidungnya sangat mancung.
Konon, dalam cerita pewayangan, Petruk ini anak dari lelembut
Banaspati yang kemudian diambil anak oleh Ki Semar dan Petruk ini
dikenal mempunyai banyak akal.
Sayangnya orang telah banyak mendengar Goa Petruk, tetapi masih
enggan untuk mengunjungi obwis tersebut. Cukup beralasan barang
kali, memang karena untuk masuk Goa Petruk ini diperlukan persiapan
yang cukup. Lagi pula, percuma kalau datang ke Goa Petruk ini hanya
mengintip dari mulut Goa Petruk ini hanya mengintip dari mulut Goa
yang menganga cukup lebar.
Perlu diketahui, bahwa di dalam Goa yang mungkin terlihat cukup
menakutkan, karena tak ada pijaran atau nyala lampu seperti di Goa
Jatijajar, atau Goa lain yang ada di Indonesia. Namun Goa Petruk
ini menurut catatan Doktor Koo, seorang pakar Goa dari luar negeri
mengatakan, bahwa Goa Petruk ini merupakan Goa terindah di seantero
Nusantara.
Untuk itu, pakar Goa ini meminta pada Pemda Kebumen, agar Gua
tersebut tetap dijaga kealamiannnya. Bahkan, untuk diterangi dengan
listrik, juga tak diperkenankan. Namun pengunjung jangan khawatir,
di sini tersedia Guide atau pemandu yang selalu siap mengantar
disertai dengan peralatan lampu yang memadai.
Tiga Goa
Goa Petruk ini sebetulnya terbagimenjadi tiga bagian. Bagian
pertama atau di lantai I hanya terdapat kelelawar dengan bau kurang
sedap dan beterbangan ke sana kemari. Sedang untuk Goa kedua dalam
lokasi tersebut diberi nama Goa Semar.
Dalam Goa inilah kita akan disuguhi dengan pemandangan dari
bebatuan yang cukup indah dan mempesona. Bahkan ada yang
mengatakan, masuk Gua Petruk laksana melihat alam yang tiada
taranya karena terdapat batu stalaktit dan stalagmit yang mempesona
dan menyerupai berbagai bentuk.
Sedang gua yang terakhir, disebut Goa Petruk, karena dalam Goa
tersebutlah sebetulnya terdapat batu yang mempunyai ujud seperti
hidungnya Petruk. Sayang, karena ulah Belanda yang waktu itu
melakukan penambangan phosfat, hidung Petruk yang merupakan Logo
dari Goa tersebut putus dan kini sudah tak kelihatan lagi.
Tapi bukan itu sebetulnya yang ditawarkan oleh goa tersebut, di
mana keindahan goa tersebut bukan dari hidung Petruk yang sangat
mancung, tetapi panoramanya yang memang cukup indah. Untuk itu
tidak ada salahnya kalau wisatawan bahkan memerlukan waktu
berjam-jam berada di Goa Petruk ini.
Ornamen Gua Petruk
Batu Payudara
Begitu memasuki mulut goa, dan kita masuk di gua Semar yang dikenal
banyak senyum ini, memang gua ini menjanjikan kita untuk kagum dan
mengagumi gua tersebut. Tak salah, kalau Diparta Kebumen memberinya
nama Gua Semar. Sebab, di gua tersebut orang akan tersenyum kagum
melihat stalagtit dan stalagmit yang aneh-aneh.
Batuan yang paling ujung di sini adalah batu yang diberinya nama
Batu Payudara, atau orang menyebutnya sebagai batu susu. Tentu nama
ini bukan sekedar mencari popularitasnya saja, yakni mengambil nama
sedikit porno. Kenyataannya batuan stalagtit ini memang berbentuk
seperti putik-putik seorang ibu yang sedang menyusui.
Stalagtit ini bukan satu dua, tetapi jumlahnya puluhan, sehingga
orang sampai di ujung Gas Semar (gua kedua) di Gua Petruk ini
diingatkan pada masa kanak-kanak, di mana kita semua tentu pernah
menyusu pada Ibu dan ASI inilah yang membuat kita tumbuh menjadi
remaja dan seterusnya.
Batu Dasi
Kalau kita pernah baca ada petani berdasi, atau ada preman berdasi
dan nelayan berdasi, Gua Petruk sebetulnya paling utama mempunyai
istilah tersebut, sebab, dalam gua tersebut ada pula batuan yang
mirip sekali sebuah dasi, tak aneh bila ada menyebutnya sebagai
Batu Berdasi.
Selain berbentuk mirip dasi, nampak seperti goresan lukisan seorang
pelukis yang cukup ternama tentunya. Bahkan, mirip ada warna di
sana-sini yang membuat keindahan stalagmit batu berdasi ini, nampak
sebuah lukisan yang cukup berbobot, sepertinya bekas sebuah sapuan
kuas yang begitu rapinya.
Begitu juga dengan Gajah yang kalau di Lampung cukup merepotkan,
karena sering merusak tanaman. Untuk itu, Pemda setempat sampai
mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk mendirikan sebuah
Sekolah Gajah. Tetapi di Gua Petruk ini, terdapat Stalagmit yang
menyerupai bentuk Gajah.
Tentu saja, Gajah di sini tidak liar sepertinya di Lampung, sebelum
hewan berbelalai panjang ini disekolahkan. Gajah di sini bahkan
terlihat nampak indah dan mempesona. Sepertinya, kita memasuki
sebuah Kebun Binatang yang khusus hanya untuk hewan Gajah.
Tak Apalah, kalau kita tak bisa melihat lagi hidung Petruk di Obwis
tersebut. Sebab, kita masih bisa menyaksikan batuan stalagmit yang
mirip Ki Lurah Semar dalam cerita pewayangan. Semar yang sebetulnya
merupakan perwujudan dari Dewa yang mengejo wantah ini terlihat
begitu menawan.
Sendang dan Air Terjun
Semakin kita masuk ke dalam Goa Petruk ini, kita semakin penasaran
dengan batuan yang begitu indah. Sebab, di sini terdapat pula
batuan yang mirip tempat tidur, atau pelaminan seorang pengantin
baru. Ada lagi batu yang menyerupai sebuah lumbung padi, sehingga
batuan tersebut di beri nama batu lumbung.
Jangan takut, kalau dalam Gua Petruk ini kita melihat sebuah batu
yang mirip sekali dengan sebuah Mayit yang tergeletak. Bukan hanya
bentuknya, tetapi warna dari batu tersebut memang tampak putih, bak
sebuah kain mori yang membungkus sebuah Mayit yang siap untuk
dimakamkan. Tetapi begitu indah bebatuannya.
Bukan Gua Petruk, kalau tidak menyimpan sejumlah bebatuan yang
beraneka ragam bentuk yang begitu menawan, indah dan membuat orang
yang melihatnya berdecak-decak kekaguman. Bahkan, membuat orang
enggan keluar dari gua tersebut. Bukan tanpa alasan, kaerna dalam
gua ini juga dapat terlihat adanya sejumlah sendang dan air terjun
yang bahkan airnya mirip busa sabun.
Sambil menikmati bebatuan yang banyak aneka ragam dan bentuknya,
telinga kita akan mendengarkan bunyi tik ...tik. .. tiiiikkkk, dari
air yang jatuh dari langit gua, atau dari bebatuan yang indah,
sehingga menambah kenyamanan kita untuk menyaksikan keajaiban Tuhan
Pencipta Alam Semesta.
Untuk mengunjungi gua Petruk ini, sebaiknya kita telah
mempersiapkan peralatan berupa sepatu dari plastik atau kare,
sehingga tidak bisa tembus air. Tetapi, jangan gunakan sepatu yang
berhak tinggi yang nantinya bahkan cukup merepotkan.
Peralatan lain yang perlu dipersiapkan adalah senter yang cukup
terang dan topi untuk menghindari benturan. Bila perlu, kita bawa
Kamera dengan lampu blitz yang baik. Dengan demikian kita bisa
menyaksikan keindahan Stalagmit dan Stalaktit Gua Petruk sekaligus
diabadikan. Sesampai di rumah, kalai diperlukan, photo-photo Gua
Petruk ini bisa dipajang untuk hiasan dinding yang cukup indah.
Tebing Putih
Tebing Putih, seperti namanya yang merupakan tebing berwarna putih
yang berada di kawasan obyek wisata Gua Petruk. Tebing tersebut
merupakan tebing yang sangat sering digunakan untuk kegiatan panjat
tebing (rock climbing). Di sana banyak terdapat kulit kerang yang
menandakan bahwa tebing tersebut dahulunya merupakan dasar laut.
Tebing Putih memiliki jenis batuan yang keras dan kuat sehingga
sangat cocok untuk kegiatan rock climbing.
Jalur yang terdapat di Tebing Putih ada 4, di antaranya Jalur Tokek dan Jalur Sarden. Penamaan jalur tersebut tidak sembarangan, penamaan tersebut memiliki arti. Dinamakan Jalur Tokek karena saat pembuatan jalur tersebut selalu muncul tokek dari celah-celah tebing. Sedangkan Jalur Sarden dinamakan karena setelah pembuatan jalur tersebut, pembuat jalur memakan sarden. Unik bukan?
Jalur yang terdapat di Tebing Putih ada 4, di antaranya Jalur Tokek dan Jalur Sarden. Penamaan jalur tersebut tidak sembarangan, penamaan tersebut memiliki arti. Dinamakan Jalur Tokek karena saat pembuatan jalur tersebut selalu muncul tokek dari celah-celah tebing. Sedangkan Jalur Sarden dinamakan karena setelah pembuatan jalur tersebut, pembuat jalur memakan sarden. Unik bukan?
thank's :D
ReplyDelete